Konfrontasi di Gerbang Tol: Tindakan Pengemudi Pajero Soroti Masalah Kesabaran
japanchildrenrights.org – Sebuah insiden yang melibatkan pengemudi Pajero Sport yang menabrak sebuah Avanza di gerbang tol telah menarik perhatian publik lewat sebaran video viral di media sosial. Kejadian ini diawali saat pengemudi Avanza terhenti karena saldo e-Toll yang habis, yang mana mengharuskan istri pengemudi untuk keluar dan mengisi ulang kartu e-Toll.
Tabrakan yang Dipicu oleh Impatience
Dalam antrean yang sama, pengemudi Pajero Sport yang tampaknya tidak sabar, memilih untuk menabrak bagian belakang Avanza. Hal ini memicu kemarahan pengemudi Avanza yang keluar untuk konfrontasi, berujung pada pertengkaran di antara mereka.
Pengemudi Pajero Sport Tampilkan Identifikasi Polisi
Dalam konflik yang meningkat, pengemudi Pajero Sport—yang teridentifikasi sebagai AKP HS dari Sat Brimob Polda Sumut—menyarankan agar mereka berdua berhenti di pintu keluar tol. Selama konfrontasi yang terekam, pengemudi Pajero dikatakan menunjukkan Kartu Tanda Anggota polisi dan sebuah senjata api.
Insiden Berujung pada Tabrakan Kedua
Konflik tersebut berlanjut hingga pengemudi Pajero Sport mundurkan kendaraannya dan menabrak Avanza untuk kedua kalinya sebelum akhirnya meninggalkan tempat kejadian.
Klarifikasi Polda Sumut Mengenai Insiden
Menurut AKBP Sonny W Siregar dari Polda Sumut, peristiwa tersebut bukanlah kasus tabrak lari, melainkan sebuah kesalahpahaman antar pengendara yang dipicu oleh kekosongan saldo e-Toll, yang berdampak pada pembentukan antrian panjang bagi kendaraan lain.
Pandangan Ahli Tentang Etika di Jalan
Andry Berlianto dari Global Defensive Driving Consulting menyarankan pentingnya kesabaran dan empati saat berkendara. Menurutnya, pengemudi seharusnya mengendalikan ego dan bertindak tanpa arogansi, menunjukkan permohonan maaf dan meminta kesabaran dari pengendara lain dalam situasi darurat.
Selanjutnya, Andry menekankan pentingnya persiapan sebelum bepergian, termasuk memastikan saldo e-Toll terisi untuk kelancaran perjalanan. Dia mengusulkan untuk menggunakan gestur maaf dan komunikasi yang efektif untuk mencegah konfrontasi dan mempertahankan ketertiban.
