• 06/12/2024
japanchildrenrights.org

Trauma dan Transformasi: Bagaimana Penyiksaan di Kamp Bucca Mendorong Abu Bakar Al Baghdadi Menjadi Ekstremis

japanchildrenrights.org – Abu Bakar Al Baghdadi, pemimpin ISIS yang meninggal, dilaporkan menjadi ekstremis setelah mengalami penyiksaan seksual saat ditahan di fasilitas yang dikelola oleh Amerika Serikat. Al Baghdadi ditahan di Kamp Bucca, Irak, pada tahun 2004 dan meninggal dalam operasi militer oleh pasukan Amerika pada tahun 2019.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Umm Hudaifa, istri Al Baghdadi, mengungkapkan transformasi yang dialami oleh suaminya. Menurut Hudaifa, Al Baghdadi awalnya adalah individu yang religius dan berpikiran terbuka, namun bukan ekstremis. Namun, setelah mengalami penyiksaan selama setahun di tahanan, dia mengalami perubahan sikap yang drastis, termasuk menjadi lebih mudah marah dan agresif.

“Dia menghadapi masalah psikologis, menjadi pemarah dan mudah meledak-ledak,” kata Hudaifa, seperti dikutip oleh Middle East Monitor. Saat ditanya tentang perubahan sikapnya, Al Baghdadi tidak memberikan penjelasan rinci, hanya mengatakan, “kamu tidak akan mengerti.”

Hudaifa menduga bahwa suaminya mungkin telah menjadi korban penyiksaan seksual selama masa tahanannya. Dia juga mengungkapkan bahwa dia pernah mengkonfrontasi Al Baghdadi mengenai pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, namun jawaban Al Baghdadi adalah bahwa ada justifikasi berdasarkan hukum Islam untuk tindakan-tindakan tertentu, seperti membimbing orang-orang menuju pertobatan.

Lima tahun setelah kematian Al Baghdadi, Umm Hudaifa ditahan di sebuah penjara di Baghdad. Dia sedang diselidiki karena dugaan keterlibatannya dalam kejahatan seperti perbudakan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan yang diculik oleh kelompok ekstremis. Selain itu, seorang pria bernama Hamid Yazidi dan putrinya, Soad, yang dilaporkan telah menjadi korban perdagangan manusia sebanyak tujuh kali, telah mengajukan gugatan perdata dan menuntut hukuman mati untuk Hudaifa.