7 Kebiasaan Buruk yang Merusak Kesehatan Gusi

japanchildrenrights.org – Gusi itu sering dianggap remeh, padahal fungsinya penting banget buat menopang gigi. Kalau gusinya nggak sehat, bisa berdampak ke banyak hal—mulai dari nyeri saat makan, bau mulut, sampai gigi goyang. Sayangnya, banyak dari kita tanpa sadar melakukan kebiasaan-kebiasaan kecil yang justru merusak kesehatan gusi perlahan-lahan.

Nggak cukup cuma rajin sikat gigi dua kali sehari, kamu juga perlu tahu apa aja sih kebiasaan buruk yang sebaiknya dihindari supaya gusi tetap kuat. Di artikel ini, aku akan bahas 7 kebiasaan yang kelihatannya sepele, tapi diam-diam bisa bikin gusimu bermasalah. Yuk, dicek satu-satu, siapa tahu kamu pernah atau malah sering ngelakuin salah satunya.

1. Menyikat Gigi Terlalu Kuat

Banyak orang mengira kalau makin keras menyikat gigi, makin bersih hasilnya. Padahal, tekanan berlebih justru bisa merusak gusi dan bikin garis gusi terkikis. Akibatnya, gusi bisa turun dan gigi jadi lebih sensitif.

Solusinya, sikat gigi dengan tekanan ringan aja. Pilih sikat berbulu lembut dan gunakan gerakan memutar dari gusi ke ujung gigi. Nggak usah buru-buru—yang penting tekniknya benar dan merata ke seluruh bagian mulut.

2. Jarang Flossing

Sikat gigi memang penting, tapi nggak cukup. Sela-sela gigi itu tempat favorit buat sisa makanan dan bakteri ngumpul. Kalau dibiarkan, bisa menumpuk jadi plak yang bikin gusi iritasi dan meradang.

Flossing atau membersihkan sela gigi dengan benang adalah cara terbaik untuk mencegah masalah ini. Idealnya dilakukan sekali sehari, terutama sebelum tidur. Memang butuh waktu beberapa detik ekstra, tapi manfaatnya besar untuk kesehatan gusi kamu.

3. Merokok

Nggak cuma buruk buat paru-paru, rokok juga musuh besar buat gusi. Zat kimia dalam rokok bisa mengganggu aliran darah ke jaringan gusi, memperlambat penyembuhan, dan bikin gusi gampang infeksi. Bahkan, perokok lebih berisiko terkena penyakit gusi kronis.

Kalau kamu serius pengin gusi sehat, berhenti merokok adalah langkah wajib. Mulainya mungkin nggak mudah, tapi hasilnya akan terasa banget buat kesehatan mulut dan tubuh kamu secara keseluruhan.

4. Mengunyah Satu Sisi Saja

Pernah sadar kalau kamu lebih sering ngunyah di sisi kiri atau kanan aja? Kebiasaan ini tanpa disadari bisa bikin beban kerja gusi jadi nggak seimbang. Satu sisi jadi terlalu aktif, sementara sisi lain malah jarang “dipakai” dan rentan plak.

Biasakan mengunyah secara merata di kedua sisi mulut. Selain bikin kerja mulut lebih seimbang, ini juga bantu menjaga kebersihan dan kesehatan gusi secara keseluruhan.

5. Sering Konsumsi Makanan Manis dan Lengket

Permen, cokelat, dan camilan manis lainnya memang enak, tapi bisa jadi penyebab utama plak menumpuk. Apalagi kalau makanan itu lengket dan susah dibersihkan. Plak yang menumpuk lama-lama bisa merusak jaringan gusi dan bikin radang.

Kalau kamu suka makanan manis, usahakan langsung sikat gigi atau minimal berkumur setelah makan. Kurangi frekuensi konsumsi gula juga jadi langkah bijak buat menjaga gusi tetap sehat.

6. Nggak Rutin Periksa ke Dokter Gigi

Banyak orang cuma ke dokter gigi kalau udah sakit. Padahal, pemeriksaan rutin bisa bantu mendeteksi masalah gusi sejak dini. Dokter bisa bersihin karang gigi dan ngasih saran sesuai kondisi mulut kamu.

Idealnya, kamu periksa ke dokter gigi dua kali setahun. Kalau punya riwayat gusi sensitif atau sering berdarah, mungkin kamu perlu lebih sering. Jangan tunggu parah baru ke klinik, ya.

7. Suka Menggigit Benda Keras

Kebiasaan menggigit ujung pensil, es batu, atau membuka bungkus makanan pakai gigi bisa bikin gusi kena getahnya. Tekanan mendadak dari benda keras bisa bikin gusi cedera atau teriritasi. Bahkan, bisa jadi pemicu perdarahan tanpa disadari.

Lebih baik hentikan kebiasaan ini sekarang juga. Kalau kamu merasa gugup atau bosan, cari pengalih lain yang lebih aman buat mulut, misalnya kunyah permen karet bebas gula atau minum air putih.

Kesimpulan

Gusi sehat nggak datang begitu aja—perlu usaha dan kebiasaan yang konsisten. Selain menjaga kebersihan mulut dengan sikat dan flossing, penting juga untuk menghindari kebiasaan-kebiasaan yang bisa merusak gusi secara perlahan. Dari merokok, nyikat gigi terlalu kuat, sampai jarang periksa ke dokter, semua itu bisa jadi penyebab utama gangguan gusi.

Di japanchildrenrights.org, kami percaya bahwa menjaga kesehatan mulut, termasuk gusi, bisa dimulai dari langkah sederhana dan kesadaran diri. Yuk, mulai sekarang cek ulang kebiasaan kamu, dan ubah pelan-pelan jadi lebih ramah untuk gusimu. Senyum sehat itu investasi, bukan sekadar penampilan!

10 Cara Menjaga Pikiran Tetap Sehat di Tengah Tekanan Sosial

japanchildrenrights.org – Semua orang pasti pernah ngerasa capek secara mental karena tekanan dari sekitar. Entah itu ekspektasi dari keluarga, komentar netizen di media sosial, atau perbandingan dengan teman seumuran yang kelihatannya “lebih sukses”. Tekanan sosial itu nyata, dan kalau nggak disikapi dengan bijak, bisa bikin pikiran jadi kacau dan mental ikut goyah.

Sebagai penulis di japanchildrenrights.org, gue percaya bahwa kita perlu punya cara buat melindungi diri sendiri—bukan cuma secara fisik, tapi juga secara mental. Pikiran yang sehat itu penting banget supaya kita bisa tetap waras di tengah tuntutan dan penilaian orang lain. Nah, berikut ini 10 cara simpel tapi ampuh buat menjaga pikiran tetap sehat di tengah tekanan sosial.

1. Kurangi Waktu di Media Sosial

Media sosial adalah tempat paling gampang buat merasa insecure. Feed yang penuh pencapaian orang lain bisa bikin kita ngerasa tertinggal. Coba batasi waktu bermain medsos, misalnya cuma 30 menit per hari atau log out dari akun untuk sementara waktu.

Alihkan waktu itu ke hal yang lebih menyenangkan atau menenangkan, seperti baca buku, jalan santai, atau nonton film yang kamu suka. Pikiran jadi lebih ringan karena nggak sibuk membandingkan diri terus-menerus.

2. Tetapkan Batasan (Boundary)

Belajar bilang “nggak” itu penting. Kamu nggak harus selalu mengikuti keinginan orang lain, apalagi kalau itu bikin kamu tertekan. Tetapkan batasan untuk diri sendiri, baik terhadap keluarga, teman, maupun lingkungan kerja.

Contohnya, kalau kamu butuh waktu istirahat, nggak perlu merasa bersalah buat menolak ajakan nongkrong. Batasan itu bentuk cinta pada diri sendiri, bukan egois.

3. Latih Diri untuk Self-Talk Positif

Pikiran negatif sering kali muncul karena kita terlalu keras menilai diri sendiri. Ubah narasi di kepala kamu jadi lebih positif. Misalnya, ganti “Aku nggak berguna” jadi “Aku sedang berproses.”

Self-talk yang positif bisa membantu memperkuat mental. Setiap kali tekanan sosial mulai bikin kamu merasa rendah diri, ingatkan dirimu bahwa kamu cukup dan nggak harus sempurna buat bisa berharga.

4. Kelilingi Diri dengan Orang yang Mendukung

Lingkungan yang suportif itu kunci utama. Cari teman yang bisa dengerin kamu tanpa menghakimi, atau keluarga yang bisa kamu ajak ngobrol saat lagi down.

Kalau kamu belum punya support system seperti itu, kamu bisa mulai dari komunitas online yang positif, grup hobi, atau bahkan forum mental health yang saling dukung.

5. Fokus pada Hal yang Bisa Kamu Kontrol

Tekanan sosial sering datang dari hal-hal yang di luar kendali kita. Daripada mikirin komentar orang atau standar sosial yang tinggi banget, lebih baik fokus ke hal yang bisa kamu ubah dan kendalikan.

Misalnya, kamu nggak bisa ngatur omongan orang lain, tapi kamu bisa ngatur respons kamu terhadap itu. Dengan fokus ke diri sendiri, kamu jadi punya kekuatan buat tetap tenang dan sadar arah hidupmu sendiri.

6. Jangan Terlalu Serius Menanggapi Komentar Negatif

Nggak semua komentar dari orang lain harus kamu tanggapi serius. Kadang, orang ngomong tanpa mikir atau cuma asal ngomong karena mereka sendiri lagi nggak bahagia.

Belajar mengabaikan komentar yang nggak membangun bisa bantu banget buat menjaga pikiran tetap sehat. Kamu punya hak untuk menilai diri sendiri, dan nggak semua penilaian dari luar itu valid.

7. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri

“Me time” bukan kemewahan, tapi kebutuhan. Waktu sendirian bisa bantu kamu untuk refleksi, recharge energi, dan menyambung lagi dengan diri sendiri.

Entah itu duduk sambil ngopi, mandi air hangat, nonton film favorit, atau sekadar tidur siang, pastikan kamu punya waktu buat diri sendiri tanpa gangguan dari luar.

8. Terima Bahwa Tidak Semua Hal Bisa Disenangkan

Salah satu sumber tekanan terbesar adalah keinginan untuk menyenangkan semua orang. Sayangnya, itu mustahil. Setiap orang punya ekspektasi berbeda, dan kamu nggak akan bisa memenuhi semuanya.

Belajar untuk menerima bahwa kamu nggak bisa jadi “sempurna” di mata semua orang bisa bikin beban di kepala jauh lebih ringan.

9. Luapkan Emosi dengan Cara yang Sehat

Pikiran yang penuh tekanan sering jadi semakin berat kalau kamu menahan emosi. Luapkan emosi dengan cara yang sehat—bisa lewat menulis jurnal, olahraga, melukis, atau bahkan menangis.

Menangis bukan tanda lemah. Justru itu cara tubuh buat membuang beban. Jangan pendam semua perasaan sendirian, kasih ruang buat diri kamu merasakan dan melepaskan.

10. Konsultasi dengan Profesional Jika Perlu

Kalau tekanan sosial udah bikin kamu susah tidur, nggak bisa fokus, atau ngerasa sedih berkepanjangan, jangan ragu buat minta bantuan profesional. Konselor atau psikolog bisa bantu kamu ngurai benang kusut di pikiran kamu.

Di japanchildrenrights.org, kami percaya bahwa minta tolong bukan tanda kelemahan, tapi bentuk keberanian. Nggak ada yang salah dengan mencari pertolongan saat kamu merasa kewalahan.

Penutup: Jaga Diri, Jaga Pikiran

Tekanan sosial mungkin nggak bisa kita hindari sepenuhnya, tapi kita bisa belajar buat nggak larut di dalamnya. Dengan menjaga pikiran tetap sehat, kita bisa tetap jadi diri sendiri dan hidup lebih tenang di tengah dunia yang kadang terlalu bising.

Mulai dari hal-hal kecil, dan lakukan dengan konsisten. Kamu nggak sendirian dalam perjalanan ini. Dan di japanchildrenrights.org, kami selalu mendukungmu untuk jadi versi terbaik dari dirimu—tanpa harus tunduk pada tekanan sosial.

5 Cara Mencegah Minus Mata Bertambah

japanchildrenrights.org – Mata minus atau rabun jauh jadi salah satu gangguan penglihatan yang paling umum, terutama di zaman serba digital kayak sekarang. Kebiasaan menatap layar terlalu lama, jarang melihat objek jauh, dan minim paparan cahaya alami bikin mata rentan bermasalah. Yang bikin deg-degan, kalau sudah minus, biasanya akan terus bertambah kalau nggak dijaga.

Nah, buat kamu yang sudah pakai kacamata minus atau baru mulai merasa penglihatan agak kabur, tenang aja. Tim japanchildrenrights.org punya beberapa cara sederhana yang bisa kamu lakukan setiap hari untuk mencegah minus makin bertambah. Yuk, mulai dari sekarang!

1. Batasi Waktu Menatap Layar

Layar gadget bisa jadi sahabat sekaligus musuh bagi mata. Terlalu lama menatap layar HP, laptop, atau tablet bisa bikin mata tegang dan memicu penambahan minus. Cobalah untuk membatasi waktu menatap layar, terutama saat nggak terlalu penting.

Kalau harus belajar atau kerja lewat layar, gunakan aturan 20-20-20: setiap 20 menit, lihat objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Aturan ini bantu mata rileks dan ngurangin tekanan berlebih di retina.

2. Rutin Lihat Objek Jauh

Salah satu penyebab mata minus bertambah adalah terlalu sering melihat objek dekat. Makanya, penting banget untuk melatih mata melihat jauh secara berkala. Misalnya, saat lagi di luar, luangkan waktu menatap pepohonan, langit, atau gedung-gedung di kejauhan.

Latihan sederhana ini bikin otot mata lebih fleksibel dan nggak gampang lelah. Kalau kamu tinggal di daerah yang banyak pemandangan hijau, manfaatkan buat “senam mata” secara alami.

3. Hindari Membaca di Tempat Gelap

Masih suka baca buku atau main HP sambil tiduran di kamar yang pencahayaannya remang-remang? Stop, deh! Membaca di tempat minim cahaya bikin mata bekerja ekstra keras buat fokus, dan lama-lama bisa memperburuk penglihatan.

Pastikan pencahayaan cukup terang saat membaca atau belajar. Cahaya alami dari jendela di siang hari lebih bagus lagi. Selain itu, posisikan buku atau layar sejajar dengan mata agar nggak terlalu nunduk atau mendongak terus-menerus.

4. Perhatikan Jarak Membaca

Kebiasaan membaca terlalu dekat bisa mempercepat penambahan minus, lho. Idealnya, jaga jarak membaca sekitar 30–40 cm dari mata. Kalau kamu nonton di laptop atau komputer, posisikan layar sekitar 50–70 cm dari wajah.

Kalau sudah terbiasa baca atau lihat layar dari jarak dekat, coba perlahan atur posisi sampai terbiasa dengan jarak yang lebih sehat. Awalnya mungkin terasa aneh, tapi lama-lama akan jadi kebiasaan yang baik buat mata kamu.

5. Konsumsi Makanan Bergizi untuk Mata

Mata juga butuh nutrisi biar tetap sehat dan penglihatan tetap tajam. Konsumsi makanan kaya vitamin A, C, dan E, serta zat seperti lutein, zeaxanthin, dan omega-3 bisa bantu memperlambat progres minus.

Contoh makanan yang bagus buat mata antara lain: wortel, bayam, brokoli, ikan salmon, telur, dan buah-buahan seperti jeruk dan blueberry. Jangan lupa juga buat minum air putih yang cukup supaya mata tetap terhidrasi.

Kesimpulan

Mata minus memang nggak bisa sembuh secara alami, tapi pertambahannya bisa banget dicegah kalau kamu mulai peduli dari sekarang. Dengan kebiasaan sederhana seperti menjaga jarak saat membaca, mengatur pencahayaan, dan memperhatikan asupan nutrisi, kamu bisa bantu menjaga kesehatan mata dalam jangka panjang.

japanchildrenrights.org percaya bahwa kesehatan mata itu investasi jangka panjang, apalagi di era digital kayak sekarang. Jadi, yuk mulai rawat mata kita sebelum terlambat!

5 Cara Menurunkan Risiko Diabetes Lewat Perawatan Pankreas

japanchildrenrights.org – Pankreas punya peran besar dalam menjaga kadar gula darah tetap stabil. Organ kecil ini bertugas memproduksi insulin, hormon penting yang mengatur seberapa banyak gula dalam darah kita. Sayangnya, gaya hidup yang serba cepat dan pola makan yang nggak sehat bisa bikin pankreas kelelahan dan rusak pelan-pelan.

Kalau pankreas udah nggak berfungsi optimal, risiko diabetes pun jadi meningkat. Tapi tenang, ada cara sederhana yang bisa kita lakukan buat bantu jaga pankreas tetap sehat dan fungsional. Berikut ini lima langkah perawatan pankreas yang bisa bantu turunkan risiko diabetes.

1. Jaga Pola Makan Seimbang

Langkah pertama yang paling krusial adalah memperbaiki pola makan. Usahakan untuk mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan seperti kue, roti putih, atau minuman manis. Sebaliknya, perbanyak asupan sayur, buah rendah gula, dan biji-bijian utuh. Makanan tinggi serat membantu memperlambat penyerapan glukosa ke dalam darah, jadi pankreas nggak perlu kerja keras produksi insulin dalam jumlah besar.

Selain itu, penting juga untuk mengatur porsi makan agar nggak berlebihan. Makan terlalu banyak dalam satu waktu bisa memaksa pankreas memproduksi insulin dalam jumlah besar secara mendadak, dan ini kalau dibiarkan lama-lama bisa memicu resistensi insulin.

2. Aktif Bergerak Setiap Hari

Olahraga punya dampak luar biasa terhadap sensitivitas insulin. Dengan rutin bergerak, tubuh jadi lebih efisien dalam menggunakan insulin yang diproduksi pankreas. Nggak perlu olahraga berat kok, cukup jalan kaki 30 menit sehari, yoga ringan, atau bersepeda santai.

Selain itu, aktivitas fisik juga bantu menurunkan berat badan jika kamu punya kelebihan lemak di sekitar perut. Lemak visceral yang menumpuk di area perut diketahui sangat berkaitan dengan meningkatnya risiko diabetes karena bikin insulin jadi kurang efektif.

3. Kurangi Stres Berlebihan

Stres bisa jadi musuh diam-diam buat kesehatan pankreas. Saat kamu stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang bisa meningkatkan kadar gula darah. Kalau ini terjadi terus-menerus, pankreas harus memproduksi insulin lebih banyak dari biasanya untuk mengimbangi gula darah yang melonjak.

Coba sisihkan waktu setiap hari untuk melakukan hal yang bikin kamu rileks, entah itu mendengarkan musik, meditasi, journaling, atau sekadar jalan santai. Dengan pikiran yang lebih tenang, hormon tubuh juga lebih seimbang dan pankreas bisa bekerja tanpa beban berlebih.

4. Hindari Konsumsi Lemak Jahat

Nggak semua lemak itu buruk, tapi kamu wajib hati-hati sama lemak trans dan lemak jenuh yang sering ada di makanan cepat saji, gorengan, dan camilan kemasan. Lemak jenis ini bisa menyebabkan peradangan pada pankreas dan memperburuk kinerjanya dalam jangka panjang.

Sebagai gantinya, pilih lemak baik seperti yang ada di alpukat, kacang-kacangan, ikan salmon, atau minyak zaitun. Lemak sehat ini bisa bantu mengurangi peradangan dan menjaga fungsi sel beta di pankreas tetap optimal.

5. Rutin Periksa Kesehatan

Langkah terakhir yang sering dianggap sepele tapi penting adalah rutin cek kesehatan, terutama kadar gula darah puasa dan HbA1c. Pemeriksaan ini bisa jadi deteksi dini kalau ada masalah pada fungsi pankreas atau tanda-tanda awal prediabetes.

Kalau kamu punya riwayat keluarga diabetes atau sudah berusia di atas 40 tahun, pemeriksaan rutin semakin penting. Dengan tahu kondisi tubuh lebih awal, kamu bisa segera ambil tindakan sebelum masalah berkembang lebih serius.

Penutup

Menurunkan risiko diabetes itu nggak selalu soal pantang total makan manis, tapi lebih pada bagaimana kamu menjaga keseimbangan dalam gaya hidup. Dengan merawat pankreas lewat pola makan yang baik, aktivitas fisik, pengelolaan stres, pilihan lemak sehat, dan deteksi dini, kamu udah ambil langkah besar untuk menjaga kesehatan jangka panjang.

Semoga 5 cara dari japanchildrenrights.org ini bisa bantu kamu hidup lebih sehat dan bebas dari risiko diabetes. Jangan tunggu sampai pankreasmu memberi sinyal bahaya, mulai rawat dari sekarang, ya!

10 Langkah Sederhana Menjaga Kebersihan Mulut Anak

japanchildrenrights.org – Gigi anak yang sehat itu nggak datang begitu aja, tapi harus dirawat sejak dini. Banyak orang tua baru sadar pentingnya kesehatan mulut anak setelah giginya mulai berlubang. Padahal, menjaga mulut anak tetap bersih bisa dimulai dari hal-hal kecil yang sederhana dan bisa dilakukan di rumah.

Kesehatan gigi dan mulut berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Kalau giginya bermasalah, anak bisa jadi susah makan, ngomong pun jadi kurang jelas. Untuk itu, penting banget buat orang tua tahu langkah-langkah dasar menjaga kebersihan mulut si kecil.

1. Biasakan Sikat Gigi Sejak Gigi Pertama Tumbuh

Nggak perlu tunggu sampai gigi anak lengkap, cukup satu gigi tumbuh aja udah bisa mulai dibersihkan. Gunakan sikat gigi khusus bayi atau kain kasa lembut yang dibasahi air hangat untuk membersihkannya. Ini penting untuk mencegah penumpukan sisa susu atau makanan yang bisa jadi plak.

Kebiasaan ini juga membantu anak terbiasa dengan rutinitas membersihkan mulut sejak kecil.

2. Gunakan Pasta Gigi Khusus Anak

Anak-anak butuh pasta gigi dengan kandungan fluoride yang lebih rendah dibanding dewasa. Pilih yang punya rasa enak dan nggak pedas supaya mereka nggak trauma saat menyikat gigi. Pastikan anak tidak menelan pasta gigi, cukup seukuran biji jagung untuk anak di bawah 3 tahun.

Dengan rasa yang mereka suka, anak jadi lebih semangat untuk sikat gigi sendiri.

3. Sikat Gigi Dua Kali Sehari

Sama seperti orang dewasa, anak juga perlu sikat gigi dua kali sehari: pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Orang tua bisa bantu atau menemani mereka, terutama untuk anak yang masih kecil. Sambil menyikat gigi, ajak ngobrol atau nyanyi lagu supaya kegiatan ini terasa menyenangkan.

Dengan pendampingan yang rutin, anak jadi terbiasa dan nggak malas lagi.

4. Hindari Membiasakan Anak Tidur dengan Susu Botol

Salah satu penyebab utama gigi anak cepat rusak adalah kebiasaan tidur sambil minum susu dari botol. Gula dalam susu bisa menempel lama di gigi dan bikin gigi cepat berlubang, terutama gigi depan. Kalau anak masih butuh susu sebelum tidur, pastikan untuk bersihkan mulutnya setelahnya.

Coba ganti dengan air putih atau kurangi frekuensinya secara bertahap.

5. Perkenalkan Makanan Sehat Sejak Dini

Gigi sehat juga dipengaruhi dari apa yang dimakan anak. Sayur, buah, dan makanan yang kaya kalsium seperti susu dan yoghurt bisa bantu memperkuat gigi. Hindari terlalu banyak makanan manis dan lengket yang bisa nempel lama di gigi.

Selain bikin gigi kuat, makanan sehat juga bantu menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.

6. Rutin Periksa ke Dokter Gigi

Nggak harus nunggu ada masalah dulu, anak bisa mulai dibawa ke dokter gigi sejak usia 1 tahun atau saat gigi pertamanya tumbuh. Kunjungan rutin bisa mencegah masalah lebih besar di kemudian hari. Anak juga jadi terbiasa dengan suasana dokter gigi dan nggak takut lagi.

Idealnya, kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali.

7. Ajarkan Teknik Sikat Gigi yang Benar

Anak perlu tahu cara menyikat gigi yang benar, bukan asal gosok. Tunjukkan bagaimana gerakan melingkar kecil bisa membersihkan gigi lebih maksimal. Ajarkan juga untuk tidak menyikat terlalu keras agar gusi tidak terluka.

Orang tua bisa mengajarkan lewat lagu atau gerakan lucu supaya lebih mudah diingat.

8. Gunakan Buku atau Video Edukasi

Ada banyak buku bergambar atau video edukatif yang mengajarkan pentingnya kebersihan mulut pada anak. Konten visual seperti ini biasanya lebih mudah dipahami anak dan bisa memotivasi mereka untuk menjaga gigi dengan semangat.

Sesekali tonton atau baca bareng sebelum tidur sebagai bagian dari rutinitas malam.

9. Sediakan Waktu Gosok Gigi Bersama

Anak kecil suka meniru. Jadi, kalau orang tua rajin sikat gigi, anak pun akan ikut-ikutan. Jadwalkan waktu gosok gigi bareng, misalnya setelah makan malam, supaya jadi momen bonding keluarga sekaligus edukasi kebersihan.

Kegiatan bareng ini juga bikin anak merasa nggak sendiri saat harus sikat gigi.

10. Puji dan Beri Reward Sederhana

Beri pujian atau hadiah kecil seperti stiker atau mainan kecil setiap kali anak sukses menyikat gigi tanpa rewel. Ini bisa jadi motivasi positif supaya anak merasa bangga dan senang menjaga kebersihan mulutnya.

Nggak perlu mahal, yang penting bikin anak merasa usahanya dihargai.

Penutup

Menjaga kebersihan mulut anak nggak harus rumit dan mahal. Dengan 10 langkah sederhana tadi, kamu bisa bantu anak punya gigi yang sehat dan senyum yang ceria sejak dini. Ingat, kebiasaan baik yang ditanamkan sejak kecil akan terbawa sampai dewasa.

Terus baca tips parenting dan kesehatan anak lainnya di japanchildrenrights.org, karena kesehatan anak dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten dan penuh kasih.

5 Strategi Self-Care untuk Penderita Depresi Berat

japanchildrenrights.org – Ketika sedang terjebak dalam depresi berat, melakukan hal-hal sederhana saja bisa terasa seperti beban besar. Bahkan mandi, makan, atau sekadar bangun dari tempat tidur pun bisa jadi tantangan. Kondisi ini bukan soal malas atau kurang semangat, tapi karena otak dan tubuh benar-benar kehilangan energi.

Self-care bisa jadi penyelamat kecil di tengah masa sulit seperti ini. Bukan untuk menyembuhkan secara instan, tapi untuk memberi ruang bernapas dan mengembalikan sedikit demi sedikit rasa kendali atas hidup. Di artikel ini, tim dari japanchildrenrights.org ingin berbagi 5 strategi self-care yang sederhana, tapi efektif, dan bisa kamu coba sesuai kemampuanmu.

1. Mulai dari Hal Kecil dan Realistis

Saat kamu sedang dalam fase depresi berat, daftar tugas yang panjang justru bisa bikin mental makin drop. Jadi mulailah dari yang paling kecil dan realistis. Misalnya sikat gigi, minum air putih, atau sekadar buka tirai jendela. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Perlu diingat, hal kecil pun punya dampak besar kalau dilakukan secara konsisten.

Setiap langkah kecil adalah progres. Kamu nggak perlu menunggu sampai merasa “siap” karena bisa jadi rasa siap itu nggak akan datang kalau cuma ditunggu. Lakukan dulu semampunya, lalu lihat bagaimana perasaanmu setelahnya.

2. Atur Pola Makan Sesuai Kemampuan

Makan bukan cuma urusan fisik, tapi juga bagian dari self-care. Saat depresi, rasa lapar kadang hilang atau bahkan muncul berlebihan. Kalau masak berat terasa susah, kamu bisa mulai dari makanan yang simpel dan bergizi seperti buah-buahan, roti isi, sereal, atau makanan beku yang tinggal dihangatkan.

Buat catatan kecil berisi daftar makanan praktis yang kamu suka. Simpan di tempat yang gampang dijangkau, jadi kamu nggak perlu mikir panjang saat harus makan. Memberi asupan ke tubuh itu sama dengan menunjukkan kepedulian ke diri sendiri.

3. Ciptakan Ruang Nyaman di Sekitar Kamu

Lingkungan sekitar sangat mempengaruhi kondisi mental. Tapi kamu nggak perlu langsung bersih-bersih seluruh rumah. Fokus aja ke satu sudut kecil yang bisa jadi ruang aman, misalnya pojokan kamar dengan bantal empuk dan selimut hangat.

Tambahkan hal-hal kecil yang menenangkan seperti aromaterapi, lampu temaram, atau tanaman mini. Tempat ini bisa jadi spot kamu untuk duduk tenang, menenangkan diri, atau sekadar ngelamun tanpa distraksi.

4. Batasi Hal-Hal yang Bisa Memicu Rasa Down

Saat depresi, kamu jadi lebih sensitif sama hal-hal negatif. Maka penting untuk membatasi paparan terhadap berita buruk, konten yang bikin overthinking, atau interaksi sosial yang bikin kamu makin down. Kamu berhak buat menjaga jarak dari apa pun yang bikin mental makin drop.

Kalau perlu, istirahat dulu dari media sosial. Mute chat dari grup yang terlalu ramai atau unfollow akun yang bikin kamu membandingkan diri. Ganti dengan konten yang positif, lucu, atau sekadar tenang biar pikiran juga ikutan kalem.

5. Cari Dukungan, Walau Sekecil Apa Pun

Kamu nggak harus melalui ini sendirian. Meski sulit, coba hubungi satu orang yang kamu percaya. Bisa sahabat, keluarga, atau bahkan komunitas online. Kadang obrolan ringan bisa jadi jalan keluar dari pikiran yang buntu.

Kalau kamu merasa kondisimu makin berat dan nggak tahu harus mulai dari mana, pertimbangkan untuk bicara dengan profesional. Psikolog atau konselor bisa bantu kamu memahami kondisi dan kasih langkah-langkah yang lebih sesuai. Kamu layak mendapat pertolongan, dan itu bukan tanda kelemahan, tapi bentuk keberanian.

Self-care untuk penderita depresi berat bukan soal menjalani hari dengan sempurna, tapi tentang bagaimana kamu bertahan dan memberikan ruang untuk sembuh, sedikit demi sedikit. Di japanchildrenrights.org, kami percaya bahwa setiap langkah kecil menuju pemulihan itu sangat berarti. Jadi kalau kamu sedang berjuang, kami ingin bilang: kamu nggak sendiri, dan kamu sudah melakukan yang terbaik.

Mitos dan Fakta Kesehatan yang Perlu Anda Tahu

Kesehatan itu penting, kan? Tapi, sering kali kita dikepung oleh informasi yang datang dari berbagai sumber dari teman, media sosial, sampai mitos yang beredar di sekitar kita. Sayangnya, tidak semua yang kita dengar itu benar. Ada banyak mitos kesehatan yang beredar, dan sering kali, mereka bisa menyesatkan kita.

Nah, dalam artikel kali ini, kita akan bahas beberapa mitos kesehatan yang sering kita dengar, dan tentu saja, kita akan bongkar fakta-fakta yang sebenarnya. Siap? Yuk, kita mulai!

Mitos 1: “Vaksin Bisa Menyebabkan Autisme”

Salah satu mitos paling terkenal yang sempat membuat banyak orang khawatir adalah hubungan antara vaksin dan autisme. Tapi, faktanya, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Studi yang pertama kali mengaitkan vaksin MMR (Campak, Gondok, dan Rubella) dengan autisme sudah dibantah oleh banyak penelitian lainnya. Vaksin justru membantu melindungi kita dari penyakit serius. Jadi, jangan takut untuk vaksinasi!

LINK ALTERNATIF TRISULA88

Mitos 2: “Makan Malam Bikin Gemuk”

Banyak yang percaya bahwa makan malam adalah penyebab utama kenaikan berat badan. Padahal, itu tidak sepenuhnya benar. Yang lebih penting adalah jumlah kalori yang kita konsumsi dalam sehari, bukan waktu makan. Jika kamu makan dengan porsi yang lebih kecil dan lebih sehat, makan malam sebenarnya tidak akan menambah berat badan. Jadi, jangan takut untuk makan malam, yang penting pilih makanan sehat dan seimbang.

Mitos 3: “Olahraga Terlalu Lama Bisa Merusak Tubuh”

Ada anggapan bahwa jika kita berolahraga terlalu lama, tubuh kita bisa rusak atau cedera. Namun, kenyataannya, olahraga yang dilakukan dengan benar justru memberi manfaat besar bagi tubuh kita. Yang penting adalah intensitas dan jenis olahraga yang dilakukan. Kalau kamu berolahraga secara teratur, misalnya jalan kaki, berlari ringan, atau bersepeda, itu malah akan meningkatkan kebugaran tubuh. Yang perlu dihindari adalah olahraga dengan intensitas berlebihan tanpa persiapan yang matang. Jadi, dengarkan tubuhmu dan jangan berlebihan.

Mitos 4: “Minum Air Putih Banyak Itu Bisa Overdosis”

Mungkin kamu pernah dengar bahwa minum terlalu banyak air bisa berbahaya, dan bisa menyebabkan overdosis air atau keracunan air. Sebenarnya, kondisi ini sangat jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah sangat besar dalam waktu singkat. Normalnya, tubuh kita akan memberi sinyal ketika kita sudah cukup minum air. Jadi, selama kamu minum air sesuai dengan kebutuhan tubuh, enggak perlu khawatir soal overdosis air.

Mitos 5: “Semakin Sering Mandi, Semakin Sehat”

Mandi memang penting untuk menjaga kebersihan tubuh. Namun, mandi terlalu sering, apalagi dengan sabun atau produk pembersih yang keras, bisa membuat kulit kita kering dan kehilangan minyak alami yang dibutuhkan. Mandi dua kali sehari sudah cukup, kecuali jika kamu berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang membuat tubuh berkeringat banyak. Yang terpenting adalah menjaga kebersihan tanpa merusak lapisan pelindung alami kulit.

Mitos 6: “Makan Banyak Protein Bisa Membuat Otot Besar”

Banyak orang yang mengira bahwa makan banyak protein akan membuat otot kita cepat besar dan kuat. Memang benar, protein penting untuk pertumbuhan otot, tetapi jumlah yang berlebihan tidak akan memberikan hasil yang lebih baik. Tubuh kita hanya bisa memproses protein dalam jumlah tertentu, jadi makan berlebihan justru bisa menambah lemak tubuh. Yang lebih penting adalah pola makan yang seimbang dan latihan fisik yang tepat.

Mitos 7: “Stress Itu Tidak Bisa Dihindari”

Di dunia yang serba cepat ini, banyak yang menganggap stres sebagai bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Padahal, meski stres itu normal, kita sebenarnya bisa mengelolanya. Dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar meluangkan waktu untuk diri sendiri, stres bisa dikendalikan. Jadi, jangan biarkan stres menguasai hidupmu. Cari cara untuk menghadapinya agar tubuh dan pikiran tetap sehat.

Kesimpulan

Itulah beberapa mitos kesehatan yang perlu kita waspadai. Banyak informasi yang kita dengar, terutama yang datang dari teman atau media sosial, bisa jadi tidak sepenuhnya benar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mencari informasi yang terpercaya dan berbasis bukti ilmiah.

Ingat, kesehatan itu bukan hanya soal mengikuti tren atau tips cepat, tetapi lebih tentang menjaga keseimbangan dalam hidup. Jadi, selalu berpikir kritis dan lakukan apa yang terbaik untuk tubuhmu!

Sayuran untuk Mencegah Katarak dan Degenerasi Makula Dini

Katarak dan degenerasi makula dini adalah dua kondisi mata yang sering dialami seiring bertambahnya usia. Namun, risiko kedua masalah ini dapat dikurangi dengan konsumsi makanan bergizi daftar trisula88, terutama sayuran. Beberapa sayuran kaya akan antioksidan, vitamin, dan mineral penting yang mendukung kesehatan mata. Berikut adalah beberapa jenis sayuran yang terbukti membantu mencegah katarak dan degenerasi makula.

1. Bayam dan Kale: Sumber Lutein dan Zeaxanthin

  • Lutein dan Zeaxanthin adalah dua antioksidan penting yang ditemukan dalam bayam, kale, dan sayuran hijau lainnya.
  • Kedua zat ini membantu menyaring cahaya biru berbahaya dan melindungi retina dari kerusakan oksidatif, faktor yang berperan dalam degenerasi makula dan katarak.
  • Konsumsi rutin sayuran hijau ini telah terbukti meningkatkan kepadatan pigmen makula dan mengurangi risiko kerusakan mata.

2. Brokoli dan Kubis: Kaya Vitamin C

  • Brokoli dan kubis merupakan sumber vitamin C yang baik. Vitamin ini dikenal karena sifat antioksidannya, yang membantu melindungi lensa mata dari radikal bebas dan memperlambat perkembangan katarak.
  • Selain itu, kandungan sulforaphane dalam brokoli berperan dalam melindungi sel-sel mata dari kerusakan oksidatif.

3. Wortel: Sumber Beta-Karoten

  • Wortel mengandung beta-karoten, yang diubah tubuh menjadi vitamin A, nutrisi penting untuk kesehatan mata.
  • Vitamin A membantu menjaga fungsi retina dan mengurangi risiko katarak serta penyakit mata lainnya, termasuk rabun senja.

4. Paprika Merah: Mengandung Vitamin E dan C

  • Paprika merah kaya akan vitamin E dan C, dua antioksidan yang bekerja sama dalam melindungi sel mata dari kerusakan.
  • Studi menunjukkan bahwa kekurangan vitamin E dapat meningkatkan risiko degenerasi makula terkait usia, sehingga konsumsi paprika merah dapat menjadi langkah pencegahan yang baik.

5. Jagung dan Labu: Kaya Lutein dan Zeaxanthin

  • Jagung dan labu juga mengandung lutein dan zeaxanthin, yang membantu mengurangi risiko degenerasi makula dan katarak.
  • Sayuran ini mudah diolah dan bisa ditambahkan ke berbagai jenis makanan, menjadikannya pilihan yang praktis untuk menjaga kesehatan mata.

6. Tomat: Kaya Likopen

  • Tomat mengandung likopen, antioksidan kuat yang dapat membantu melindungi mata dari kerusakan akibat sinar UV dan mengurangi risiko katarak.
  • Selain itu, tomat juga mengandung vitamin C dan A, yang membantu menjaga kesehatan penglihatan secara keseluruhan.

7. Ubi Jalar: Sumber Beta-Karoten dan Vitamin A

  • Ubi jalar mengandung beta-karoten yang tinggi, yang mendukung kesehatan mata dan membantu mencegah kekeringan mata serta risiko katarak.
  • Nutrisi dalam ubi jalar juga penting untuk regenerasi sel retina, menjaga kualitas penglihatan dalam jangka panjang.

8. Alpukat: Mengandung Lutein, Zeaxanthin, dan Vitamin E

  • Meskipun bukan sayuran, alpukat kaya akan lutein, zeaxanthin, dan vitamin E, yang berperan penting dalam melindungi mata dari degenerasi makula.
  • Lemak sehat dalam alpukat juga membantu penyerapan antioksidan dari sayuran lain yang dikonsumsi bersamaan.

Tips Tambahan untuk Mendukung Kesehatan Mata

  • Konsumsi Sayuran Mentah atau Minim Olahan: Memasak sayuran terlalu lama bisa mengurangi kandungan nutrisi di dalamnya, jadi lebih baik menikmatinya dalam keadaan mentah atau dengan pengolahan minimal.
  • Tambahkan Lemak Sehat: Nutrisi seperti lutein dan beta-karoten lebih baik diserap tubuh jika dikonsumsi bersama lemak sehat, seperti minyak zaitun atau alpukat.
  • Hindari Rokok dan Alkohol Berlebihan: Kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat mempercepat kerusakan mata dan meningkatkan risiko katarak serta degenerasi makula.

Kesimpulan

Konsumsi sayuran kaya antioksidan, vitamin A, C, E, serta lutein dan zeaxanthin dapat membantu mencegah perkembangan katarak dan degenerasi makula dini. Dengan mengintegrasikan sayuran seperti bayam, wortel, brokoli, dan paprika merah ke dalam pola makan sehari-hari, Anda dapat menjaga kesehatan mata dan mengurangi risiko penyakit terkait usia. Selain itu, menerapkan gaya hidup sehat dan mengurangi paparan faktor risiko juga penting untuk menjaga kualitas penglihatan di masa depan.

Jepang Sampaikan Siap Hadapi Krisis Kesehatan di KTT G20 Bali

Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio dalam KTT G20 yang tengah berlangsung menyampaikan bahwa negaranya ingin memimpin upaya internasional untuk bersiap menghadapi krisis kesehatan di masa mendatang.

Kesehatan global menjadi agenda pada hari Selasa 15 November 2022. Hari pertama pertemuan para pemimpin yang di adakan di Bali itu. Kishida menjelaskan dukungan Jepang sejauh ini bagi negara – negara berkembang dan lainnya dalam menghadapi virus korona.

Ia menekankan bahwa masyarakat internasional perlu melanjutkan langkah – langkah Slot Spaceman penanganan virus korona karena pandemi masih berlanjut. Perdana Menteri Jepang itu juga menyebutkan pentingnya untuk bersiap menghadapi krisis kesehatan di masa mendatang berdasarkan pengalaman dari Covid – 19.

Kishida mengungkapkan perlunya sebuah sistem untuk memastikan semua orang di dunia bisa memperoleh akses layanan medis dan kesehatan yang dibutuhkan. Ia mengatakan Jepang menargetkan untuk memimpin upaya-upaya tersebut melalui kerja sama erat dengan negara-negara anggota G20.

 

Jepang Sampaikan Siap Hadapi Krisis Kesehatan di KTT G20 Bali

Presiden RI Joko Widodo telah membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada Selasa 15 November. Tema Presidensi G20 ‘Recover Together, Recover Stronger’ bertujuan untuk membangun kembali arsitektur kesehatan global yang lebih kuat dan dapat bertahan menghadapi krisis kesehatan di masa depan serta mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik.

Pada sesi kedua KTT G20 Kesehatan Presiden RI Joko Widodo menyampaikan dunia harus lebih siap, karena kesiapsiagaan akan menyelamatkan nyawa dan perekonomian kita. “Solidaritas dan keadilan harus jadi ruh arsitektur kesehatan global, negara berkembang harus di berdayakan sebagai bagian dari solusi.” Jelas Presiden Jokowi.

Pertemuan G20 merupakan sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara – negara dengan perekonomian besar di dunia. Terdiri dari 19 negara dan satu lembaga Uni Eropa. Dari sektor kesehatan, pertemuan ini bisa menjadi perantara untuk membuat vaksin global.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022 ini sangat strategis mengingat forum ini akan memberikan suatu percontohan yang nyata dan komprehensif untuk recovery global.

“Dari sektor kesehatan fokus utama adalah terkait dengan memperkuat arsitektur kesehatan global dengan 3 isu prioritas yang terdiri dari pembangunan sistem ketahanan kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global, dan pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang.” Ujar Menkes Budi.